Sabtu, 13 Juni 2009

URGENSI ORGANISASI



Organization is a consciously coordinated social units, composed of two or more people, that function on a relatively continuous basis to achieve a common goal or set of goals.( Robbin, S.P., 1986). Organisasi adalah satuan social yang terkoordinasi secara sadar, terdiri dari dua orang atau lebih yang berfungsi atas dasar yang relatif kontinu untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan bersama. Organisasi adlah system yang terbuka dimana organisasi berinteraksi dengan lingjungannya. Faktor ekonomi, politik, hokum, social, budaya, alam, teknologi, informasi dan warga adalah factor-faktor lingkungan yang memberikan kontribusi terhadap kemajuan atau kegagalan suatu organisasi.
Organisasi tentu bukan barang atau hal anaeh lagi bagi manusia, karena pada hakikatnya manusia itu memang fitrahnya makhluk berijtima’ (social) walaupun tidaka harus selamanya di dalam wadah yang bernama organisasi. Manusia sebagai makhluk hidup, berakal, dan beragama memiliki naluri social, yaitu naluri untuk berkumpul satu sama lain sesuai umur, bahasa, agama, bahkan madzhab atau keyakinan tertentu yang menjadi anutannya. Memang karakter untuk berkumpul ini tidak dapat dihalangi, lepas dari apakah landasan yang mendorong kumpulnya orang tersebut benar atau salah dan positif atau negative. Maka muncul istilah geng dan gerombolan dalam hal yang negative, atau organisasi, ormas, janiyyah, firqoh, hizb dan istilah-istilah lain yang mungkin positif atau negative tergantung pada asas, visi, misi, dan tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok itu. Hidup berjama’ah (berorgabisasi social) pada manusia merupakan “Thabi’atul kaun”/”Gharizah” (pembawaan), sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam Firman-Nya
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.(Al-Hujurat:13)
Tidak ada satu pekerjaan yang bias dilakukan sendiri, pasti membutuhkan bantuan dan peran serta orang lain. Islam tidal mengajarkan kepada ummatnya untuk hidup menyendiri, menyepi jauh dari hiruk pikuk masyarakat. Rasulullah SAW bersabda,
عن ابن عمر عن النبي صلى الله عليه و سلم قال: المؤمن الذي يخالط الناس و يصبر على ان اهم افضل من المؤمن الذي لا يخالط الناس ولا يصبر على اذاهم
رواه احمد و النحارى والبيهقى
Pada tempatnyalaj jika Islam memerintahkan umatnya untuk hidup berjamamh, berimamah, dan berimarah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Q.S Ash-Shaff:4)
Setelah kita mengetahui makna dan hakikat organisasi, maka sungguh sangat jelas urgensi daripada keberadaan organisasi itu. Ditinjau dari pendekatan agama, urgensi dari pada organisasi adalah:

1.Selalu membiasakan musyawarah
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.(Q.S. As-Syu’ara:38)
2.Melakukan Tabayyun terhadap segala sesuatu yang meragukan
dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. (Al-Hujurat: 6)
3.Semangat untuk Islah
orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
( Al-Hujurat: 10)
4. Memperbanyak silahturahmi
عن عبدالله بن سلام قال رسول الله عليه وسلم يأيها الناس افشوا السلام واطعموا الطعام و صلوا الأرحام وصلو باليل والناس نيام تدخلواالجنة بسلام – رواه الترمذي-
5.Saling tolong menolong
6.Menjauhi perbedaan


Lalu apa urgensi organisasi bagi seorang mahasiswa tentu sangat besar sekali. Mahasiswa tanpa organisasi tak ubahnya seorang pelajar tanpa belajar materi akademik. Mereka hanya mementingkan bagaimana menjadi orang pintar tanpa merenungkan bagaimana mentransformasikannya dalam kelangsungan hidup masyarakat. Tidak bias dipungkiri bahwa teori tidak selalu sama dengan realitas. Bagaimanapun piawainnya seorang mahasiswa berteori, genius sekalipun dalam mengerjakan soal, belum tentu dia bias memecahkan persoalan yang dihadapi masyarkat. Pada titik inilah organisasi tidak bias dihindari oleh mereka yang benar-benar mhasiswa. Jika memang seseorang hanya ingin mencari ilmu/ akademik seseorang bias banyak baca . tapi jika dia menginginkan pengalaman hidup dan dihadapkan pada permasalah nyata, maka ia haruslah berorganisasi dengan aktif.

Rika Siti Syahidah (0809335)
Qismu Syu’unil Banaat

URGENSI MAHASISWA

Kata organisasi sangatlah dekat di hati, apalagi terhadap mahasiswa yang dulunya aktivis sekolah. Ingin rasanya semua organisasi di kampus diikuti, api anangan besar ada di depan mata, ikut organisasi bukan hanya nebeng nama, apalagi hana ingin exsis di maa aktivis kampus. Ternyata perlu kita ingat kembali tujuan dari organisasi itu adalah upaya mengayomi masyarakat nantinya. Belajar berorganisasi sama halnya denagn belajar bermasyarakat, tapi ketika kita mengambil seabreg oranisasi karena salah niat dan akhirnya tidak satupun organisasi yang kita pegang dengan fokus.
Tugas kampus, tugas berorganisasi berperang, ketika dua-duanya sudah mencapai deadline. Mana yang harus didahulukan? Pusing….bingung dan akhirnya prioritas utamalah yang akan dikerjakan, dan biasanya prioritas itu ditentukan denagn niat. Banyak sekali problematika organisasi, dari mulai keteteran tugas kampus, IP turun, dan sebagainya.
Tapi kawan perlu disadari dan diperhaitikan ternyata banyak aktivis yang Ipnya besar, pinar mengutarakan pendapat, dan enuna sanga inelek. Sebenarna efek posiif itu adalah hanya buah dari kerja keras dan ulet. Api ketika kita terlalu asyik berorganisasi dan mengedepankan organisasipun bisa dikaakan salah, ao kia kia liha lagi kita cermati sebenarnya kita ada disini buat apa? Tidak lain da tidak bukan adalah untuk belajar. Jangan sampai karena kita banyak ikut organisasi kita idak lulus-lulus kuliah dan malah menjadi bebean buat orang tua. Tapi bukankah belajar itu dari mana sja kawan, dan termasuk dari organisasi.
Sebenarnyya tidak ada salahnya kita mengikuti banak organisasi asalkan kia bisa fokus dimanapun kia berada jangna seengah-seengah ang akhirnya berdampak keidakseriusan dan keteteran di semua aspek,baik akademik,organisasi dan lainnya. Atas rahman dan rahimya Allah yang menciptakan tubuh ini satu dan hanya ada 24 jam saja dalm sehari itu. Bukti Allah terlalu sayang pada kita dan memberikan kita waku unuk beristirahat kawan kala organisasi sudah ada diatas segala-galanya segeralah tinggalkan organisasi itu karena efek positif dari hal itu sudah punah membutakan mata dan keimanan.
Mahasiswa terkenal dengan sebutan “agent of change” yang berarti perilaku perubahan. Logika dari gelar ini berorientasi pada penempatan mahasiswa sebagai sentral yang bisa memainkan peran aktifnya untuk mengawali dan mengawal sebuah perubahan. Perubahan apa saja yang bisa diberikan pada masyarakat apakah ilmu-ilmu yang telah dipelajari di kampus dapat di transpormasikan kepada masyarakat? Untuk mewujudkan semua itu perlu sebuah langkah konkret dan efektif yang membawa mahasiswa pada arah itu.
Langkah-langkah itu bisa ditemukan dalam pengalam mengelola sebuah komunitas, mobilisasi massa, menghimpun ide, menganalisis persoalan, dan memecahkan masalah semua itu bisa dicapai oleh mahasiswa tanpa organisasi sama saja seperti seorang pelajar tanpa pengalaman lapangan. Mereka tak lain kecuali siswa lanjutan yang hanya belajar materi akademik. Dan realita lapangan itu tidak bisa dipecahkan seperti memecahkan soal statistik organisasi tidak bisa dihindari oleh mereka yang mengaku betul-betul mahasiswa.
Kalau hanya ingin mencari ilmu pengetahuan, seseorang ttidak perlu repot-repot menjadi mahasiswa. Dia bisa belajar otodidak dengan membaca koran dan buku ilmiah serta internet atau menyimak diskusi yang dipublikasikan oleh media televisi, misalnya. Namun. Dia tidak boleh terlalu banyak bermimpi untuk bisa menjadi leader (pemimpin) dalam sebuah komunitas karena kepemimpinan adalah bagian penting dalam organisasi.
‘Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.’
Dalam ayat diatas Allah menyukai orang yang yang berperang di Jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh, bisa sekilas difahami kalau disambungka dengan organisasi bahwa barisan yang kokoh dan barisan teratur itu ada dalam tubuh organisasi. Dan tidak mungkin tercapai barisan yang kokoh kalau seorang pemimpinnya tidak bisa memimpin dengan baik dan memimpin yang baik itu dapat ditemukan dari pengalaman-pengalaman berorganisasi.
Walllahu’alam bishawab. Dari berbagai sumber dan revisi.

Maulida Zakiah
Pendidikan B.Arab ‘07
Qismu Muwasolah Ijtimaiyah

Yang Muda Yang Peduli Pendidikan




Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) yang jatuh tanggal 2 kemarin, hanya sedikit saja
masyarakat Indonesia yang menyadari hal tersebut, seperti instansi dan lembaga-lembaga pendidikan yang “merayakan” HARDIKNAS tersebut, ada yang melakukan dengan upacara, diskusi, dan seminar. Bahkan ada yang menanggapi dengan sikap “dingin” momen tersebut. Karena tidak terlalu penting dan berpengaruh pada lembaga atau orang-orang yang tidak terkait dengan pendidikan.
Menurut Menteri pendidikan nasional Bambang Soedibyo dalam pidatonya ketika menghadiri acara HARDIKNAS di Yogyakarta menyatakan “Sebaiknya HARDIKNAS dapat dijadikan sebagai momentum untuk melakukan evaluasi sampai sejauh mana pelaksanaan cita-cita pendidikan sudah tercapai artinya dalam hal ini pemerintah harus meningkatkan kembali mutu pendidikan di Indonesia tanpa melihat latarbelakang sosial, agama, dan suku.” Kita harus melanjutkan juga program wajib belajar 9 tahun agar bangsa Indonesia bisa menjadi lebih cedas lagi serta mendapatkan pendidikan yang layak.
Kalau menurut saya pribadi pendidikan di Indonesia ini sudah lebih baik dari segi fasilitasnya saja, hal lainnya memang harus dikembangkan dengan baik lagi, memang agak sedikit berkembang. Contohnya, kalau dulu Indonesia menargetkan wajib belajar 6 tahun sekarang menjadi wajib belajar 9 tahun, dan ternyata partisipasi masyarakat Indonesia terhadap program ini disambut baik, terlepas dari itu ada yang sangat saya sayangkan, kalau dulu profesi guru dianggap biasa saja, gaji yang kecil dan kurang diminati tetapi kualitas dalam mengajarnya sangat baik, kalau sekarang ini banyak yang ingin menjadi guru karena gajinya sudah layak tapi kualitasnya dalam mengajar sangat menurun.
Kembali dalam HARDIKNAS ini. Dalam peringatan HARDIKNAS orang-orang yang berada dalam pemerintahan khususnya di bidang pendidikan agar mau lebih meningkatkan lagi mutu pendidikan dari mulai sistemnya, kurikulum, bahkan kualitas guru itu sendiri, berbicara masalah guru di Indonesia khususnya di daerah Jawa Barat, Kota Bandung kita mengenal dan mengetahui kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang dulu dikenal dengan nama IKIP. Jujur saja UPI itu universitas kebangaan saya karena sekarang saya sedang belajar disana. UPI pasti diidentikkan dengan orang-orang yang telah menyelesaikan studinya akan menjadi guru, padahal hampir setengahnya mahasiswa UPI tidak ada yang ingin meneruskan untuk menjadi guru, hal itu sah-sah saja menurut saya pribadi. Tetapi setidaknya ketika kita menuntut ilmu di universitas ini kita telah dibekali hal-hal dasar untuk menjadi seorang guru, untyk kedepannya kita menjadi guru atau tidak yang lebih terpenting lagi adalah sebagai mahasiswa UPI kita harus lebih peduli pada pendidikan, seperti yang kita ketahui guru adalah sosok teladan bagi murid-muridnya. Terutama kita sebagai mahasiswa harus lebih peduli terhadap momen-momen pendidikan contohnya HARDIKNAS yang jatuh tanggal 2 kemarin, mengingat hanya sedikit sekali dari kalangan mahasiswa yang peduli pada momen ini. Untuk itu setidaknya kita sebagai generasi penerus sedikitnya ada kepedulian untuk membantu pemerintah kita melakukan perubahan di bidang pendidikan yaitu dengan cara melakukan perubahan mulai dari diri sendiri, dari sikap kita karena kita adalah mahasiswa UPI calon penerus guru di Indonesia.

Sundus Afifah (Pend. Bhs arab’06)
Qismu Muwasolah Ijtimaiyah

Kamis, 11 Juni 2009

HARDIKNAS



Jakarta, kompas.com- Peringatan Hari Pendidikan Nasional, Sabtu (2/5) ini, siwarnai aksi demonstrasi disejumlah daerah. Di Jakarta sendiri, aksi digelar beberapa kelompok mahasiswa.
Inilah potret dari pengertian Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Berita-berita ini tentu hanya sebagian kecil diantara berita-berita yang saat ini sedang hangat untuk diperbincangkan. Tuntutan para demonstran pada hari pendidikan ham[ir sama tiap tahunnya yang kebanyakan adalah penghapusan komersialisasi pendidikan. Undang-undang Dasar 1945 bertekad untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, memperoleh pendidikan adalh hak setiap warga negara. Jadi tidaklah berlebihan jika pendidikan itu juga merupakan bagian dari Hak Azazi Manusia (HAM).
Akan tetapi, peringatan – peringatan dari tahun ke tahun membuat tersadar bahwa memang pendidikan di Indonesia ini yang sudah merdeka lebih dari 63 tahun belumlah benar-benar sesuai dengan tujuan pendidikan itu, tujuan untuk menuntut ilmu, menambah pengetahuan, meningkatkan intelektualitas yang berguna bagi diri sendiri, keluarga dan juga masyarakat.
Ilmu yang bermanfaat yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perang dan spesialisasi masing-masing individu. Yang diharapkan dari ilmu yang bermanfaat itu adalah terciptanya bangsa yang cerdas berpendidikan sehingga bisa memajukan kehidupan bangsa indonesia ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar.
Saat ini sekolah gratis dianggap salah satu jalan keluar yang ditawarkan oleh pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan sesuai UUD 1945. Mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menegah Pertama (SMP) biaya sekolah sudah dibebaskan akan tetapi tidak termasuk subsidi untuk buku-buku pelajaran. Bagaimanapun ini adalah niat baik pemerintah unuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa ini. Lalu mengapa sampai saat ini masih banyak anak-anak di Sekolah Dasar berkeliaran di jalan.? Mereka lebih memilih untuk bernyanyi lalu mendapatkan uang daripada duduk belajar didalam sebuah kelas. Mungkinkah merasa idak memerlukan pendidikan?
Inilah yang menjadi salah sau permasalahan lain yang munsul dibalik solusi-solusi ang pemerinah berikan. Banak orang yang belun menadari pentingnya pendidikan untuk anak-anak mereka. Yang ada dalam pikiran para orang tua hanyalah bagaimana seorang anak dapat menghasilkan uang untuk mereka.
Alhasil, anggaran pendidikan tersebut jatuh ke pihak-pihak yang dianggap mampu oleh sebagian lain untuk membayar biaya pendidikan. Mereka yang mamapu justru terus merasa kurang akan ilmu yang mereka dapatkan.
Dalam Islam, ilmu adalah kehidupan hati dari kebutaan, cahaya mata dari kezalimzn dan kekuatan tubuh dari kelemahan. Dengan ilmu, seorang hamba sampai pada kedudukan orang-orang baik dan tingkatkan yang paling tinggi. Memikirkannya setara dengan menegakkan shalat. Ilmu adalah pemimpin dan pengamalan adalah pengikutnya. Maka orang berilmu dengan ilmunya menyamai untuk dirinya kebahagiaan abadi, yaitu dengan meemperbaiki akhlaknya berdasarkan tuntutan ilmu.
Dengan kesadaran akan pentingnya menuntut ilmu mungkin akan menghasilkan suatu hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain, yaitu pemerintah dan masyarakatnya itu sendiri mereka yang ingin menempuh pendidikan tapi tidak memiliki dana yang cukup, pemerintah memberikannya melalui dana BOS dan lain-lain. Dengan begitu pemerintahan yang mereka pimpin juga diisi oleh sumber daya manusia yang memiliki intelegen.
Lalu bagaimana untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi? Apa harus berhenti samapi pada tingkat SMP? Tentu tidak, karena menuntut ilmu (memperoleh pendidikan) tidak akan pernah tercukupi hingga manusia individu itu sendiri meninggal dunia.
Mereka yang sadar akan pentingnya pendidikan akan terus berjuang sampai tujuannya tercapai. Bisa melalui beasiswa untuk melanjutkan sekolah. Walaupun tidak banyak beasiswa yang diberikan untuk perguruan ttinggi, banyak orang yang beranggapan untuk apa sekolah tinggi karena lapangan kerja yang menampung mereka setelah lulus nanti juga terbatas. Ditambah dengan mahalnya biaya pendidikan di perguruan tinggi.
Inilah yang menjadi sorotan ketika aada sebagian mahasiswa baru yang diterima melalui jalur SNMPTN tidak dapat membayar sejumlah uang untuk masuk kesebuah perguruan tinggi. Kemanakah uang yang telah dibayarkan oleh yang mampu? Karena mereka yang tidak mampu untuk membayar adalah mereka yang menjadi betapa pentingnya menuntutnya ilmu, karena mereka mengalahkan ribuan orang yang bersaing untuk dapat masuk ke perguruan tinggi.
Mungkin perlu adanya suatu subsidi silang dalam masalah ini karena mereka yang mampu, yang masuk dengan uang puluhan juta rupiah tentu dapat menutupi yang tidak adapat membayar biaya pendidikan.
Reva Ramadhani (Arab’08)
Design by Sicecepz Visit Original Post Islamic2 Template