Kamis, 11 Juni 2009

HARDIKNAS



Jakarta, kompas.com- Peringatan Hari Pendidikan Nasional, Sabtu (2/5) ini, siwarnai aksi demonstrasi disejumlah daerah. Di Jakarta sendiri, aksi digelar beberapa kelompok mahasiswa.
Inilah potret dari pengertian Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Berita-berita ini tentu hanya sebagian kecil diantara berita-berita yang saat ini sedang hangat untuk diperbincangkan. Tuntutan para demonstran pada hari pendidikan ham[ir sama tiap tahunnya yang kebanyakan adalah penghapusan komersialisasi pendidikan. Undang-undang Dasar 1945 bertekad untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, memperoleh pendidikan adalh hak setiap warga negara. Jadi tidaklah berlebihan jika pendidikan itu juga merupakan bagian dari Hak Azazi Manusia (HAM).
Akan tetapi, peringatan – peringatan dari tahun ke tahun membuat tersadar bahwa memang pendidikan di Indonesia ini yang sudah merdeka lebih dari 63 tahun belumlah benar-benar sesuai dengan tujuan pendidikan itu, tujuan untuk menuntut ilmu, menambah pengetahuan, meningkatkan intelektualitas yang berguna bagi diri sendiri, keluarga dan juga masyarakat.
Ilmu yang bermanfaat yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perang dan spesialisasi masing-masing individu. Yang diharapkan dari ilmu yang bermanfaat itu adalah terciptanya bangsa yang cerdas berpendidikan sehingga bisa memajukan kehidupan bangsa indonesia ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar.
Saat ini sekolah gratis dianggap salah satu jalan keluar yang ditawarkan oleh pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan sesuai UUD 1945. Mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menegah Pertama (SMP) biaya sekolah sudah dibebaskan akan tetapi tidak termasuk subsidi untuk buku-buku pelajaran. Bagaimanapun ini adalah niat baik pemerintah unuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa ini. Lalu mengapa sampai saat ini masih banyak anak-anak di Sekolah Dasar berkeliaran di jalan.? Mereka lebih memilih untuk bernyanyi lalu mendapatkan uang daripada duduk belajar didalam sebuah kelas. Mungkinkah merasa idak memerlukan pendidikan?
Inilah yang menjadi salah sau permasalahan lain yang munsul dibalik solusi-solusi ang pemerinah berikan. Banak orang yang belun menadari pentingnya pendidikan untuk anak-anak mereka. Yang ada dalam pikiran para orang tua hanyalah bagaimana seorang anak dapat menghasilkan uang untuk mereka.
Alhasil, anggaran pendidikan tersebut jatuh ke pihak-pihak yang dianggap mampu oleh sebagian lain untuk membayar biaya pendidikan. Mereka yang mamapu justru terus merasa kurang akan ilmu yang mereka dapatkan.
Dalam Islam, ilmu adalah kehidupan hati dari kebutaan, cahaya mata dari kezalimzn dan kekuatan tubuh dari kelemahan. Dengan ilmu, seorang hamba sampai pada kedudukan orang-orang baik dan tingkatkan yang paling tinggi. Memikirkannya setara dengan menegakkan shalat. Ilmu adalah pemimpin dan pengamalan adalah pengikutnya. Maka orang berilmu dengan ilmunya menyamai untuk dirinya kebahagiaan abadi, yaitu dengan meemperbaiki akhlaknya berdasarkan tuntutan ilmu.
Dengan kesadaran akan pentingnya menuntut ilmu mungkin akan menghasilkan suatu hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain, yaitu pemerintah dan masyarakatnya itu sendiri mereka yang ingin menempuh pendidikan tapi tidak memiliki dana yang cukup, pemerintah memberikannya melalui dana BOS dan lain-lain. Dengan begitu pemerintahan yang mereka pimpin juga diisi oleh sumber daya manusia yang memiliki intelegen.
Lalu bagaimana untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi? Apa harus berhenti samapi pada tingkat SMP? Tentu tidak, karena menuntut ilmu (memperoleh pendidikan) tidak akan pernah tercukupi hingga manusia individu itu sendiri meninggal dunia.
Mereka yang sadar akan pentingnya pendidikan akan terus berjuang sampai tujuannya tercapai. Bisa melalui beasiswa untuk melanjutkan sekolah. Walaupun tidak banyak beasiswa yang diberikan untuk perguruan ttinggi, banyak orang yang beranggapan untuk apa sekolah tinggi karena lapangan kerja yang menampung mereka setelah lulus nanti juga terbatas. Ditambah dengan mahalnya biaya pendidikan di perguruan tinggi.
Inilah yang menjadi sorotan ketika aada sebagian mahasiswa baru yang diterima melalui jalur SNMPTN tidak dapat membayar sejumlah uang untuk masuk kesebuah perguruan tinggi. Kemanakah uang yang telah dibayarkan oleh yang mampu? Karena mereka yang tidak mampu untuk membayar adalah mereka yang menjadi betapa pentingnya menuntutnya ilmu, karena mereka mengalahkan ribuan orang yang bersaing untuk dapat masuk ke perguruan tinggi.
Mungkin perlu adanya suatu subsidi silang dalam masalah ini karena mereka yang mampu, yang masuk dengan uang puluhan juta rupiah tentu dapat menutupi yang tidak adapat membayar biaya pendidikan.
Reva Ramadhani (Arab’08)

1 komentar:

Blogger mengatakan...

If you'd like an alternative to randomly approaching girls and trying to find out the right thing to do...

If you'd rather have women chase YOU, instead of spending your nights prowling around in filthy pubs and night clubs...

Then I urge you to play this eye-opening video to find out a strong little secret that has the power to get you your very own harem of hot women just 24 hours from now:

FACEBOOK SEDUCTION SYSTEM!!!

Posting Komentar

Design by Sicecepz Visit Original Post Islamic2 Template